Senin, 30 Mei 2011

Makalah Pengembangan Pemimpin

A.Pengembangan Pemimpin
Bangkit dan jatuhnya organisasi-organisasi yang ada sekarang ini ditentukan oleh efektivitas kepemimpinan mereka. Dalam konteks dunia bisnis di Indonesia yang terus berubah, organisasi-organisasi yang tidak secara terencana melengkapi dan mengembangkan para pemimpin mereka pada setiap jajaran dalam organisasi beresiko untuk tertinggal dalam industri mereka.
Program pengembangan kepemimpinan kami ini secara menyeluruh membangun karakter, motivasi, dan kemampuan seorang pemimpin. Sebanyak mungkin, kami mencoba untuk menjawab secara spesifik tantangan-tantangan kepemimpinan yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan, dan secara efektif menjembatani jarak antara pengetahuan dan penerapan.
Program pengembangan Kepemimpinan kami mencakup:
·         Eksekutif Coaching
Kami menawarkan coaching bagi para eksekutif dan pemimpin yang ingin memaksimalkan potensi mereka. Program-program kami berlangsung selama 3-6 bulan dan dirancang dengan tujuan untuk menyiapkan para eksekutif untuk mencapai tingkat kepemimpinan yang lebih tinggi.
·         Workshop Pelatihan Kepemimpinan
Kami menggunakan experiential learning approach dalam workshop pelatihan kami yang akan mengatasi masalah-masalah nyata dalam kepemimpinan melalui cara yang interaktif. Cara yang kami gunakan akan menjadikan peserta-peserta mau bertumbuh dan berkembang, mengingat apa yang telah mereka pelajari, dan dengan mudah dapat diterapkan dalam konteks pekerjaan mereka sehari-hari. Kami bisa memberikan workshop selama dua jam, setengah hari, atau satu hari, sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan.
·         Program-program pengembangan kepemimpinan
Program-program pengembangan kepemimpinan kami bisa dibentuk sedemikian rupa untuk disesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan dari setiap perusahaan. Program ini biasanya berlangsung selama 3-6 bulan dan mencakup training, coaching, dan group learning projects. Program-program tersebut membuat proses pembelajaran menjadi nyata dan sangat praktis
B.Pengembangan Pemimpin di Perusahaan
Kecenderungan  pengembangan pemimpin di suatu perusahaan ditujukan untuk mempercepat para karyawan (manajemen dan non-manajemen) masuk ke dalam suatu lingkungan baru dimana mereka dapat mengembangkan kompetensi dan kapabilitasnya. Di  beberapa perusahaan bisa jadi pengembangan kepemimpinan direfleksikan oleh para pemimpin senior dalam mengelola persepsi tentang beragam isu, membentuk koalisi, dan menggunakan kapasitas hubungan untuk memengaruhi perubahan organisasi. Dan semua dikaitkan dengan strategi bisnis perusahaan, Tanpa itu semua perusahaan seolah berjalan tanpa arah. Ketika persaingan global cenderung semakin tinggi, perusahaan dituntut memiliki program pengembangan kepemimpinan yang unggul yang mampu menggalang jejaring hubungan bisnis. Pertanyaannya adalah apakah perusahaan khususnya multinasional sudah melakukan  seperti itu?
Tidak jarang ditemukan bahwa program pengembangan kepemimpinan telah gagal untuk memasukkan unsur  kemampuan dalam membangun suatu nilai hubungan bisnis yang stratejik, Hal ini  terlihat tidak saja dalam kurikulum pelatihan dan pengembangan  tetapi juga dalam penerapan gaya kepemimpinannya  di perusahaan. Ternyata kebanyakan semua itu  tidak dikondisikan sepenuhnya. Yang ada lebih pada pengembangan kapabilitas dan kompetensi para pimpinan atau karyawan (calon pimpinan) di bidang-bidang finansial, operasi, manufaktur, dan proyek. Sementara dalam beberapa hal seperti pengembangan kemampuan untuk mengidentifikasi segala permasalahan secara  sistematis, membangun, pemeliharaan personal, fungsional, dan manajemen hubungan stratejik untuk memengaruhi orang lain kurang diprogramkan. Dengan kata lain bagaimana setiap orang terutama yang potensial diarahkan untuk menjadi seorang pemimpin yang memiliki kemampuan hubungan stratejik dalam memengaruhi, mengarahkan, dan mengkoordinasi orang lain.
Meningkatnya keragaman karyawan, misalnya, seharusnya lebih dipandang secara kritis lagi dalam  mencari pemimpin masa depan perusahaan. Mereka yang tampil diharapkan memiliki kekuatan berbeda dan unik ketimbang pemimpin yang ada sekarang. Beragam aspek seperti keragaman budaya, individu-individu yang sangat potensial dengan perspektif keunikannya, dan sudut pandangnya yang begitu maju, pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan memimpin untuk mencapai tujuan perusahaan. Karyawan seperti ini layak disebut sebagai orang yang memiliki kemampuan dalam membangun hubungan. Kemampuan itu sangat penting dalam mengembangkan jejaring bisnis.
Dalam suatu penelitian terhadap program pengembangan kepemimpinan Fortune 500 (David Nour,2008, Relationship Economics) ditemukan banyak karyawan yang memiliki perspektif dangkal atau myopia. Misalnya sebatas pada aspek-aspek strategi, rekayasa finansial, dan ekspansi global. Kalau toh tentang kemampuan kepemimpinan hanya sebatas dalam hal model transaksional. Padahal era kini yang jauh lebih penting dan prospektif adalah membangun kepemimpinan transformasional. Suatu proses perubahan dari pandangan rutin yakni apa yang sedang dikerjakan menjadi lebih strategis yaitu mengapa mengerjakan sesuatu. Pendekatannya pun semestinya holistik yang berkisar bukan saja tentang sisi kemampuan, tetapi juga sisi tanggung jawab sosial. Kondisi ini akan semakin mampu meningkatkan kinerja individu dan perusahaan manakala terpenuhinya pendekatan fungsional dan hubungan stratejik yang berbasis pada pendekatan sistematik.
Dalam prakteknya kemampuan membangun hubungan stratejik masih jarang dijadikan sebagai unsur dalam penilaian kinerja. Juga jarang dikaitkan dengan manajemen kompensasi (finansial dan non-finansial). Ternyata juga kemampuan hubungan stratejik masih belum menjadi bagian pengembangan mutu sumberdaya manusia kususnya tentang kompetensi karyawan. Karena itu tidak jarang bahwa pengembangan kepemimpinan perusahaan sering menghasilkan sesuatu yang sifatnya myopia. Dangkal dalam pengembangan pemikiran kritis, mandeknya kreatifitas, jejaring bisnis yang sangat pendek, dan tidak futuristik. Padahal dalam era global yang padat dengan persaingan bisnis maka seharusnya salah satu model pengembangan kepemimpinan yang unggul adalah yang berorientasi pada peningkatan kemampuan membangun hubungan stratejik. Kemampuan itu seharusnya menjadi unsur kompetensi yang dimiliki karyawan. Semakin tinggi atau meratanya kompetensi membangun hubungan bisnis stratejik di kalangan karyawan khususnya posisi manajer ke atas semakin mampu perusahaan bersaing dalam pasar global.
       C.Kepemimpinan Transformasional Sebagai Strategi Kepemimpinan Lembaga    
          Pendidikan Islam

Kepemimpinan yang diharapkan saat ini adalah kepemimpinan yang mempunyai visi strategis dan taktis, serta produktif dalam memerankan fungsi manajemen. Adapaun bebrapa alasan mengapa kepemimpinan transformasional menjadi alternatif dalam organisasi pendidikan dapat dikemukakan dalam pandangan berikut ini.
Razik A. Taher., Swanson D. Austin (1995:543), mengulas pendapat Sergiovani 1989) bahwa Organisasi sekolah yang efektif ditunjukan oleh budaya yang ketat / dikendalikan oleh norma-norma adat istiadat kelompok, pola-pola kepercayaan, nilai-nilai sosialisasi, dan kemampuan kontraksi realitas dan struktur yang longgar/ kurang menekankan aturan birokrasi, aturan-aturan manajemen, kecenderungan menjual, dan rasionalisasi. Respon para guru lebih baik dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma informal daripada sistem manajemen sekolah dengan struktur longgar dan budaya yang ketat memiliki respon yang baik terhadap kepemimpinan transformatif untuk kemajuan sekolah, dimana aturan dan arahan lebih baik untuk membantu koordinasi dan pengembangan nilai-nilai kebersamaan.
Secara spesifik alasan tersebut antara lain :
       1.Tuntutan perubahan sosial, budaya dan tekhnologi informasi dunia membawa pengaruh yang luar biasa terhadap perubahan tatanan kehidupan masyarakat secara universal.
       2.Tuntutan demokrasi diberbagai belahan bumi adalah ideologi, baik langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh budaya negara adikuasa.
       3.Tuntutan moral dan akuntabilitas seorang pimpinan telah dipertanyak oleh masyarakat.
       4.Tuntutan pembelajaran organisasi, sudah saatnya menjadi organisasi yang kuat dalam memberikan pelayanan.
       5.Tuntutan visi dan misi strategis, sekolah dituntut untuk mampu merencanakan program yang strategis dan taktis dalam pencapaian tujuan pendidikan.
        6.Tuntutan budaya organisasi sekolah sebagai pusat kebudayaan bagi lingkungan.
Adapun kelemahan konsep ini dalam penerapannya adalah Kekuatan kualitas dan kompetensipersonel dan adanya perbedaan karakter anggota organisasi.
D.Peran Kepemimpinan Transformatif dalam Pengendalian Pelayanan Lembaga Pendidikan Islam

    
      1.    Pengendalian Pelayanan
Definisi konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti : performansi (performance), keandalan (realiability), mudah dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics). Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary) ” mutu didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kbutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan.” Berdasarkan definisi tersebut Goestch dan Davis (1994:4) membuat definisi bahwa mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
       a)    Pemikiran Deming
Deming mengemukakan bahwa suatu industri modern merupakan suatu proses yang dipandang suatu perbaikan terus menerus (continous improvement), yang dimulai dari sederet siklus perbaikan sejak adanya ide-ide untuk menhasilkan produk, pengembang nproduk, proses produk, sampai distribusi kepada konsumen.
       b)   Yosefh M. Juran
Dia menjelaskan bahwa mutu fitness for use yakni tingkat kesesuaian untuk digunakan yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkanoleh para pemakainya dalam pengertian ini mutu harus mengandung 5 dimensi utama, yaitu kualitas desain, kualitas kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use.
      c)    Philip B. Crosby
Pemikirannya adalah: pertama, mutu adalah sama dnegan persyaratan. Kedua, pencegahan adalah suatu proses-proses pencegahan agar tidak tidak terjadi kesalaha, agar out put (produk) dijamin bagus serta hemat biaya dan hemat waktu. Ketiga, sistem mutu adalah pencegahan terhadap orang yang sering terjebak pada persentase. Keempat, ukuran mutu adalah price of conformance, mutu haruslah merupakan sesuatu yang bisa diukur.

       2.    Prinsip Konsep Pelayanan
Vincent (1992) mengemukakan tentang pengertian konsep pelayanan secar lebih luas, yaitu :
        a). sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan.
        b).Dari sistem mutu modern ditandai oleh adanya partisifasi aktif manajemen puncak (top        management) dalam peningkata mutu secara terus menerus.
        c).Mutu modern ditandai oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggungjawab secara spesifik untuk kualitas.
       d).Sistem mutu modrn ditandai oleh adanya aktivitas yang ditandai oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada pencegahankerusakan, bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.
        e).Sistem mutu modern ditandai oleh suatu filosofi yang menganggap bahwa mutu ialah jalan hidup (way of life).

      3.    Total Quality Management ( T Q M )
Total quality management dapat diartikan sebagai sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
       1)   Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver.
       2)   Obsesi terhadap mutu, penentu akhir mutu pelanggan internal dan eksternal.
      3)   Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM.
      4)   Komitmen jangka panjang merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.
      5)   Kerjasama tim (team work) dalam organisasi dikelola secara tradisional.
       6)   Perbaikan sestem secara berkesinambungan pada setiap produk atau jasa yang dihasilkan.
      7)   Pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental.
      8)   Kebebasan yang terkendali dalam TQM.
Beberapa alasan penting menurut Edward Sallis (1993:107) proses perencanaan dan pelaksanaan TQM adalah :
       1)     Mutu produksi dan proses pelaksanaannya selalu disesuaikan kaitannya dengan keinginan pelanggan.
        2)     Perbaikan mutu yang berkesinambungan dalam jangka panjang yang jelas dan penuh konsisten.
        3)     Membutuhkan strategi-strategi yang tepat dan khas untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan keunggulan.

Pemimpin transformasional selalu mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu hasil yang baik dengan berprilaku sebagai seorang yang dapat menstimulasi intelektual bawahannya, konsiderasi individul, meberikan motivasi yang menjadi inspirasi dan pengaru idelaisme yang kuat. Makla, peningkatan mutu pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam dapat diupayakan melalui profil pemimpin yang demikian.
E.Pengembangan Pemimpin di Lingkungan Pendidikan
Allah SWT berfirman “kalian semua adalah seorang pemimpin dan kalian akan di mintai pertanggungjawaban dalam menjalankan kepemimpinan tersebut”. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam, di beberapa negara telah berupaya untuk melakukan revitalisasi pendidikan. Revitalisasi ini termasuk pula dalam hal perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan, terutama dalam hal pola hubungan atasan-bawahan, yang semula bersifat hierarkis-komando menuju ke arah kemitraan bersama. Pada hubungan atasan-bawahan yang bersifat hierarkis-komando, seringkali menempatkan bawahan sebagai objek tanpa daya. Pemaksaan kehendak dan pragmatis merupakan sikap dan perilaku yang kerap kali mewarnai kepemimpinan komando-birokratik-hierarkis, yang pada akhirnya hal ini berakibat fatal terhadap terbelenggunya sikap inovatif dan kreatif dari setiap bawahan. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, mereka cenderung bersikap apriori dan bertindak hanya atas dasar perintah sang pemimpin semata. Dengan kondisi demikian, pada akhirnya akan sulit dicapai kinerja yang unggul.
Menyadari semua itu, maka perubahan kebijakan kepemimpinan pendidikan yang dapat memberdayakan pihak bawahan menjadi amat penting untuk dilakukan. Dalam hal ini, Larry Lashway (ERIC Digest, No. 96) mengetengahkan tentang Facilitative Leadership. yang pada intinya merupakan kepemimpinan yang menitikberatkan pada collaboration dan empowerment. Sementara itu, David Conley and Paul Goldman (1994) mendefinisikan facilitative leadership sebagai : “the behaviors that enhance the collective ability of a school to adapt, solve problems, and improve performance.” Kata kuncinya terletak pada collective. Artinya, keberhasilan pendidikan bukanlah merupakan hasil dan ditentukan oleh karya perseorangan, namun justru merupakan karya dari team work yang cerdas.
            Pembangaunan Nasioanal di bidang Pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945 , yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya. Untuk mewujudkan manusia seutuhnya selain yang tersurat di dalam undang – undang harus ada yang terlihat dan dapat diraskan oleh semua pihak,baik siswa , guru , dan staf maupun masyarakat yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Kepemimpinan Sekolah besar sekali pengaruhnya terhadap kamajuan sekolahnya karena merupakan ujung tombak bagi kemajuan sekolah. Pemimpin yang tidak dapat melaksanakan kepemimpinan dapat mengakibatkan kehancuran suatu lembaga apalagi lembaga ini adalah sekolah yang mencetak generasi penerus bangsa .

F. Pengembangan Pemimpin di Lingkungan Sekolah
            Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a)Peranan hubungan antar perseorangan; (b) Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan.
 Dari tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer tersebut, dapat penulis uraikan sebagai berikut:
a.       Peranan hubungan antar perseorangan
• Figurehead, figurehead berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala sekolah sebagai lambang sekolah.
 • Kepemimpinan (Leadership). Kepala sekolah adalah pemimpin untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan.
 • Penghubung (liasion). Kepala sekolah menjadi penghubung antara kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru, staf dan siswa.
 b. Peranan informasional
 • Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya informasi-informasi yang berpengaruh terhadap sekolah.
 • Sebagai disseminator. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para guru, staf, dan orang tua murid.
 • Spokesman. Kepala sekolah menyabarkan informasi kepada lingkungan di luar yang dianggap perlu.
 c. Sebagai pengambil keputusan
• Enterpreneur. Kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.
 • Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance handler). Kepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil.
 • Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocater). Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan dibagikan.
 • A negotiator roles. Kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memnuhi kebutuhan sekolah.
 Akan tetapi, disamping tuga-tugas pokok tersebut diatas, kepala sekolah juga harus mampu menaikkan kemampuan bawahannya. Yang dimaksud dengan menaikkan kemampuan bawahan di sini bukan hanya sebatas kemampuan dalam melaksanakan tugas bawahannya, akan tetapi menaikkan kemampuan memimpin dari bawahannya. Karena menurut Iyeng Wiraputra, 1976, semua orang yang ada di lingkungan organisasi mempunyai potensi untuk memimpin dan memperlihatkan sikap kepemimpinan.
G.Pengembangan Pemimpin di Lingkungan Organisasi
Dalam sebuah organisasi, pengembangan kualitas lingkungan sangatlah diperlukan karena dengan semakin baiknya kualitas anggota, maka semakin baik pulalah kinerja serta pencapaian organisasi tersebut. Selain itu, pengembangan kualitas lingkungan organisasi juga dapat menumbuh kembangkan konsolidator dan manajer baru yang memberikan wajah segar terhadap perjalanan roda organisasi.
            Organisasi yang baik adalah organisasi yang terus berkembang maju dan menaikkan tingkat orang yang ada di dalamnya. Keberhasilan sebuah organisasi dapat diukur dari prestasi yang sudah dicapai sesuai dengan target yang telah dirumuskan sebelumnya. Jika target pengembangan organisasi tersebut adalah memperbanyak anggota, maka organisasi tersebut biasa dikatakan berhasil jika telah berhasil menambah jumlah anggotanya. Dan jika demikian, maka organisasi tersebut akan tubuh menjadi semakin besar, dan semakin banyak pulalah orang yang harus dipimpin. Jika orang yang harus dipimpin semakin banyak, maka semakin banyak pulalah pemimpin yang dibutuhkan organisasi tersebut.
 Menurut C. Maxwell, 1997, keberhasilan seorang pemimpin dapat diukur dengan penggunaan maksimum potensi serta kemampuan orang-orang yang ada di bawah kepemimpinannya.
 Proses pengembangan kepemimpinan bagi bawahan bukanlah sebuah proses yang mudah. Selain membutuhkan strategi dalam pelaksanaannya, pengembangan kepemimpinan bagi bawahan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Proses pengembangan kepemimpinan di lingkungan organisasi dapat dilakukan dengan memberikan contoh atau teladan bagi bawahannya yang dapat ditunjukkan dengan sikap menghargai orang lain, menunjukkan bagaimana bentuk komitmen yang harus dibuktikan kepada orang lain, memperdulikan bawahan, serta menunjukkan semangat dalam mencapai target yang telah disepakati bersama.
 Selain itu, proses pengembangan kepemimpinan hanya bisa dilakukan dengan menciptakan iklim organisasi yang kondusif bagi calon pemimpin. Seorang pemimpin harus aktif dalam segala hal terutama dalam memberikan motivasi kepada bawahan, serta, menstabilkan organisasi yang dipimpinnya.
Disadari atau tidak, sebuah organisasi tentu selalu mengalami dinamika yang berubah. Perkembangan organisasi sewaktu-waktu bisa naik dengan pesat, namun juga bisa terjun bebas dengan sangat cepat. Perkembangan tersebut sangat bergantung pada perkembangan masyarakat yang ada dalam organisasi tersebut.   Karena itulah, dibutuhkan seorang pemimpin yang tidak hanya mampu dalam hal manajerial organisasi semata, tetapi harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan masyarakat yang ada dalam organisasi tersebut.
 Dengan demikian, sebuah organisasi dapat bergerak dinamis dan mampu bertahan dengan baik di tengah tantangan dan halangan yang sedang dihadapi.
H. KESIMPULAN
Pengembangan pemimpin ini sangant penting menurut kami karena maju mundurnya sebuah organisasi, baik itu perusahaan , sekolah tergantung pada seorang pemimpin yang mempunyai inovasi-inovasi terbaru untuk kemajuan organisasi yang ia pimpin ketika seorang pemimpin tidak mempunyai inovasi-inovasi terbaru maka mundurlah sebuah organisasi tidak akan pernah maju ataupun perusahan akan mengalami kebangkrutan.

I.DAFTAR PUSTAKA
http://indosdm.com/pengembangan-kepemimpinan-myopia
http://gogon.wordpress.com/2011/02/01/pengembangan-kepemimpinan-di-lingkungan-pemimpin/

Tidak ada komentar: